Senin, 04 Oktober 2010

tugas komunikasi bisnis

ini tugas kuliahku beberapa saat yang lalu, mata kuliah komunikasi bisnis, dengar istilah komunikasi tentunya ada pesan yang disampaikan, komunikator, komunikan, media yang digunakan dong tentunya untuk menjadikan komunikasi itu menjadi lebih efektif, jadi kalau komunikasi bisnis ya bentuk komunikasi yang berhubungan dengan bisnis baik itu dalam bentuk komunikasi verbal maupun non verbal, lebih tau selengkapnya baca sendiri ya tulisanku ini
TUGAS
KOMUNIKASI BISNIS
“PROBLEMA CULTURE SHOCK DALAM SUATU KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA”


Disusun Oleh:
1. Ahmad Fauzi (H0808029)
2. Arinta Ika (H0808038)
3. Kiki Priyo P. (H0808118)
4. Lutfiatun N. (H0808121)
Agribisnis B

I. PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain. Baik itu dengan sesama manusia sendiri, dengan adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya yang ada di sekitarnya. Pada kenyataannya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi tersebut, misalnya masalah tentang perkembangan teknologi, kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang berbeda asal daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma) dari suatu daerah sementara kita berasal dari daerah lain. Dari sebuah hubungan interaksi sosial itu menimbulkan suatu budaya baru yang berawal dari sebuah proses akulturasi budaya. Dalam suatu kegiatan sosialisasi di masyarakat sangat membutuhkan komunikasi yang baik dalam menghadapi perbedaan-perbedaan yang ada.
Meskipun kita sering berkomunikasi, namun mungkin sekali kita tidak memahami betul apa yang sedang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat berkomunikasi yang baik dan benar. Salah satu cara untuk memahami komunikasi adalah dengan memahami pengertian komunikasi itu sendiri. Komunikasi merupakan suatu kegiatan tukar menukar informasi, pengetahuan dengan menggunakan simbol maupun isyarat tertentu dengan menggunakan media tertentu sehingga dapat memperoleh kesamaan makna. Komunikasi sangat penting diperlukan dalam masyarakat yang multikultur seperti yang ada di Negara Indonesia.
Beraneka ragam dan corak pada setiap kebudayaan daerah menjadikan sebuah ciri khas tersendiri bagi setiap manusia di muka bumi ini, berbagai macam perbedaan budaya tersebut antara lain dapat dilihat dari bentuk pakaian, bahasa, postur tubuh, aneka macam makanan, adat istiadat yang mengatur pada suatu daerah tertentu dan masih banyak lagi. Terkadang kita dihadapkan pada sebuah realitas yang sedikit berbeda dengan budaya kita, sehingga kita merasa asing ketika berada pada suatu wilayah tertentu. Pada mulanya ketika seseorang dihadapkan pada posisi demikian, ia akan beranggapan bahwa ia merasa dikucilkan oleh orang-orang yang tinggal di lingkungannya. Namun seiring berjalannya waktu, dan seringnya intensitas seseorang berinteraksi dengan orang-orang baru di lingkungannya, maka ia akan menemukan sebuah kenyamanan dan bahkan bisa mengadopsi budaya baru yang ada di lingkungan baru tersebut.
Manusia adalah makhluk sosio-budaya yang memperoleh perilakunya lewat belajar. Apa yang kita pelajari pada umumnya dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi merupak aspek yang terpenting dan paling mendasar. Kita banyak belajar dari respons-respons komunikasi terhadap rangsangan dari lingkungan sekitar. Kita harus menyandi dan menyandi balik pesan-pesan dengan cara itu sehingga pesan-pesan tersebut akan dikenali, diterima, dan direspon oleh individu-individu yang berinteraksi dengan kita. Bila dilakukan, kegiatan-kegiatan komunikasi berfungsi sebagai alat untuk menafsirkan lingkungan fisik dan sosial kita. Komunikasi merupakan alat utama untuk memanfaatkan berbagai sumber daya lingkungan dalam pelayanan kemanusiaan. Lewat komunikasi kita menyesuaikan diri dan berhubungan dengan lingkungan kita, serta mendapat keanggotaan dan rasa memiliki dalam berbagai kelompok sosial yang mempengaruhi kita.

II. PEMBAHASAN
Budaya diartikan sebagai keseluruhan warisan sosial yang dapat dipandang sebagai hasil karya yang tersusun menurut tata tertib teratur. Biasanya terdiri dari kebendaan, kemahiran teknik, pikiran dan gagasan, kebiasaan dan nilai-nilai tertentu, organisasi sosial tertentu, dan sebagainya. arti komunikasi lintas budaya itu lebih meliputi interaksi antar orang dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Oleh karena itu komunikasi lintas budaya merupakan suatu bentuk komunikasi yang terjadi diantara orang-orang yang mempunyai perbedaan budaya, baik dari bahasa, simbol-simbol ataupun latar belakang dimana pun ia berada. Komunikasi lintas budaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi, apa makna verbal dan nonverbal menurut budaya – budaya bersangkutan. Karena mempunyai banyak perbedaan itulah dalam suatu komunikasi lintas budaya sering terjadi kejutan budaya yang bisa terjadi dalam suatu proses akulturasi budaya (Liliweri, 2003).
Gegar budaya (culture shock) adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan yang diderita orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau dipindahkan ke suatu daerah tertentu. Sebagaimana kebanyakan penyakit lainnya, gegar budaya juga mempunyai gejala-gejala dan pengobatan secara tersendiri. Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan social (Roudhonah, 2007).
Tanda-tanda tersebut meliputi seribu satu cara yang kita lakukan dalam dalam mengendalikan diri sendiri dalam menghadapi situasi sehari-hari seperti kapan berjabat tangan dan apa yang harus kita katakan bila bertemu dengan orang, kapan bagaimana memberikan tip, bagaimana berbelanja, kapan menerima dan menolak undangan, kapan membuat pernyataan-pernyataan dengan sungguh-sungguh dan kapan sebaliknya. Petunjuk-petunjuk ini yang mungkin dalam bentuk kata-kata, isyarat-isyarat, ekspresi wajah, kebiasan-kebiasaan, atau norma-norma, kita peroleh sepanjang perjalanan hidup kita sejak kecil. Begitu pula aspek-aspek budaya kita lainnya, seperti bahasa dan kepercayaan yang kita anut. Demi ketentraman hidup kita semua bergantung pada beratus-ratus petunjuk ini, petunjuk-petunjuk yang kebanyakannya tidak kita bawa dengan sadar. Bila seseorang memasuki suatu budaya asing, semua atau hampir semua petunjuk itu lenyap. Ia bagaikan ikan yang keluar dari air. Meskipun anda berpikiran luas dan beritikad baik, anda akan kehilangan pegangan. Lalu akan mengalami frustasi dan kecemasan. Biasanya orang-orang menghadapi frustasi dengan cara yang hampir sama. Pertama-tama mereka menolak lingkungan yang menyebabkan ketidak nyamanan (Mulyana dan Rahmat, 2001).
Menurut Stewart (1974), Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiadat dan kebiasaan. Dalam menjalani proses komunikasi antar budaya pasti akan mengalami suatu keterkejutan budaya yang berbeda dengan budaya kita. Menurut Dedi Mulyana dalam buku komunikasi antar budaya mengatakan bahwa Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial (Anonim, 2009).
Budaya sangat erat berhubungan dengan cara manusia untuk tetap bertahan hidup. Manusia belajar berpikir, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan ekonomi dan politik, dan tekhnologi. Semua itu berlandaskan pola-pola budaya. Ada orang-orang yang berbicara dengan bahasa tagalog, kebiasaan memakan ular, menghindari minuman keras yang terbuat dari anggur, menguburkan orang-orang yang mati, berbicara melalui telepon, atau meluncurkan roket ke bulan, semua itu karena manusia telah dilahirkan dan dibesarkan dalam suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut. Apa yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan respons-respons terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya mereka.

Budaya merupakan suatu konsep yang bisa membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan diri, nilai, sikap, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, makna, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.
Budaya juga berkenaan dengan sifat-sifat dari objek-objek materi yang memainkan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Objek-objek seperti rumah, alat dan mesin yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis-jenis transportasi, dan alat-alat perang, menyediakan suatu landasan utama bagi kehidupan sosial. Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana, budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama periode kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh budaya terhadap kehidupan kita tidak kita sadari. Mungkin suatu cara untuk memahami pengaruh budaya adalah dengan membandingkan dengan komputer elektronik misalnya jika kita memprogram komputer sehingga suatu komputer bisa diperintah untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu budaya kita pun juga ikut andil dalam memprogram kita, agar kita melakukan sesuatu yang menjadikan kita apa adanya. Budaya kita secara pasti mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati-dan bahkan setelah matipun kita dikuburkan dengan cara-cara yang sesuai dengan budaya kita.
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang yang menyandi pesan, maka yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisi untuk mengirim, memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi, bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi.
Misalnya dapat dilihat dari studi kasus mengenai terjadinya Gegar Budaya yaitu saat melakukan pindahan dari kota satu ke kota yang lainnya. Contoh Ketika Andi lulus SMA ia memutuskan untuk melanjutkan studinya ke daerah Jawa Timur. Pada masa awal di daerah yang ditujunya itu, Andi merasa asing, terutama mengenai pengucapan logat bahasa yang digunakan oleh masyarakat sekitar sehari-harinya. Karena Andi dan masyarakat sekitar mempunyai adat yang berbeda. Karena hal ini dikarenakan Andi berasal dari daerah Jawa Tengah. Ketika baru memasuki masa-masa penyesuaian di lokasi baru itu, ia merasa tidak nyaman, karena ia merasa dikucilkan oleh rekan satu asrama dimana ia tinggal. Suatu ketika ada rekan satu asrama Andi yang sakit. Dengan dialog khas Jawa Tengah, Andi berkata kepada temannya “nak enek konco sing loro yo di tilik’I (kalo ada teman yang sakit ya di jenguk)”. Berhubung yang diajak berdialog orang Jawa Timur mereka semua bingung. Yang mereka ketahui bahasa “menilik’I menurut orang Jawa Timur artinya mencicipi/mencoba rasa sesuatu.
Dari contoh kasus di atas jelas bahwa dalam sebuah komunikasi antar budaya terjadi sebuah gangguan (noice), sebenarnya apa yang hendak disampaikan benar namun pada akhirnya bahasa yang diucapkan memiliki arti yang bereda dari makna yang diharapkan. Hal ini tentu sangat dipengaruhi dengan adanya perbedaan antara kultur budaya pada suatu daerah tertentu. Pada situasi yang demikian Andi mengalami sebuah kejutan budaya. Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang karena berada ditengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan kulturnya sendiri. Kejutan budaya ini sebenarnya normal. Kebanyakan orang mengalami apabila memasuki kultur yang baru dan berbeda. Namun demikian, keadaan ini tidak menyenangkan dan menimbulkan fhistrasi. Sebagian dari kejutan ini timbul karena perasaan terasing menonjol dan berbeda dari yang lain. Bila kita kurang mengenal adat dan kebiasaan masyarakat baru ini, kita tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Kita akan cenderung melakukan kesalahan yang serius.
Komunikasi merupakan suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain dengan menggunakan simbol-simbol dan isyarat tertentu dengan menggunakan media tertentu pula, sehingga pada gilirannya terjadi pengertian yang saling mendalam. Sedangkan menurut Ruesch komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan suatu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan (Fajar, 2009).
Hubungan antara budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahami komunikasi antar budaya, oleh karena melalui pengaruh budayalah orang-orang belajar komunikasi. Seorang Korea, seorang Mesir atau seorang Amerika belajar berkomunikasi seperti orang-orang lainnya. Perilaku mereka mengandung makna, sebab perilaku tersebut dipelajari dan diketahui dan perilaku tersebut terikat oleh budaya. Budaya bersifat menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif (Mulyana dan Rahmat, 2001).
Dalam berkomunikasi seseorang tidak akan pernah luput dari bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa nonverbal. Komunikasi verbal adalah pernyataan lisan antar manusia lewat kata-kata dan simbol umum yang telah disepakati antar individu, kelompok bangsa dan Negara. Jadi komunikasi verbal dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang menggunakan kata-kata secara lisan dengan dilakukan secara sadar dilakukan oleh manusia untuk berhubungan dengan manusia lain. Dasar komunikasi verbal adalah interaksi antar manusia. Dan menjadi salah satu cara bagi manusia berkomunikasi secara lisan atau pikiran, perasaan dan maksud kita. Dedi Mulyana mengungkapkan bahwa bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individual kita. Beberapa komponen komunikasi verbal yaitu, suara, kata-kata, berbicara, bahasa.
Proses vebal merupakan alat utama untuk pertukaran pikiran dan gagasan, namun proses-proses ini sering dapat diganti oleh proses nonverbal. Dalam proses-proses nonverbal yang relevan dengan komunikasi antar budaya, terdapat beberapa aspek diantaranya perilaku non verbal yang berfungsi sebagai bentuk bahasa diam, konsep waktu, dan penggunaan dan pengaturan ruang.
Perbedaan bahasa tidak mengakibatkan perbedaan penting dalam persepsi, pemikiran atau perilaku. Perbedaan diantara bahasa terlihat paling besar adalah pada waktu diawal interaksi. Oleh karena itu, sangatlah penting bahwa kita menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif. Bahasa itu mencerminkan budaya, semakin besar perbedaan budaya, semakin besar pula perbedaan komunikasi, baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Semakin besar perbedaan budaya maka semakin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi. Kita perlu sangat peka terhadap hambatan-hambatan yang menghalangi komunikasi antar budaya yang bermakna. Begitu juga, kita perlu menggunakan teknik-teknik yang membantu kita melestarikan dan meningkatkan komunikasi antar budaya.
Dilihat dari fungsinya, bahasa merupakan alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami apabila ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter (semaunya). Sebagai contoh terhadap buah pisang orang Sunda menyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya gedang. Kemudian definisi bahasa secara formal ialah semua kalimat yang terbayangkan dan bisa dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa bisa dikatakan mempunyai tata bahasanya sendiri (Anonim, 2010).
Komunikasi antar budaya sangat bermanfaat untuk segala hal. Hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal balik. Keduanya saling mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita membicarakannya, apa yang kita lihat, kita perhatikan, abaikan, bagaimana kita berfikir, apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Budaya takkan hidup tanpa komunikasi, dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya. Masing-masing tak dapat berubah tanpa menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Masalah utama dalam komunikasi antar budaya adalah kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya yang mempengaruhi proses persepsi.
Semakin besar pebedaan antar budaya, maka semakin besar pula kesadaran diri (mindfulness) para partisipan komunikasi. Hal ini memiliki konsekuensi positif dan negatif. Positifnya adalah kesadaran diri membuat kita lebih waspada. Hal ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Adapun negatifnya adalah, hal ini membuat kita terlalu behati-hati, tidak spontan, dan tidak percaya diri. Semakin baik kita mengenal, maka perasaan terlalu berhati-hati akan hilang dan menjadi lebih percaya diri dan spontan. Hal demikian ini pada gilirannya akan menambah kepuasan dalam komunikasi antar budaya. Masalah sebenarnya bukan bagaimana menjaga interaksi dan mengupayakan saling pengertian.
Namun kita ini terlalu mudah menyerah setelah terjadi kesalahpahaman di saat awal. Perbedaan antar budaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur bekurang tingkat kepentingan ketika hubungan menjadi lebih akrab. Dalam komunikasi antar budaya kita seharusnya memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang mengisyaratkan implikasi penting bagi komunikasi antar budaya. Sebagai contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil yang positif. Karena komunikasi antar budaya itu sulit, kita mungkin menghindarinya. Dengan demikian, kita akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan kitta dibandingkan orang yang sangat berbeda. Tetapi memperluas pergaulan kita mungkin akan memberikan kepuasan yang ebih besar setelah beberapa waktu. Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dalam komunikasi dan meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita akan menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, kita membuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan memberikan hasil positif.
Namun dalam prosesnya komunikasi antar budaya terjadi sebuah hambatan dan masalah yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi yang lain. Dalam menciptakan sebuah keefektifan komunikasi antar budaya, komunikasi akan lengkap bila penerima pesan yang dimaksud mempersepsi atau menyerap perilaku yang disandi, memberi makna kepadanya dan terpengaruh olehnya. Dalam transaksi komunikasi harus dimaksukkan semua simuli sadar – tak sadar, sengaja – tak sengaja, verbal, nonverbal yang kontekstual yang berperan sebagai isyarat-isyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibilitas pesan. Dalam proses interaksi antar budaya sama halnya dengan harus memperhatikan unsur – unsur komunikasi.

III. PENUTUP
Bila orang awam berpikir mengenai budaya biasanya yang difikirkan adalah antara lain cara berpakaian, kepercayaan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan yang sering dipraktikkan. Meskipun hanya mengetahui hal – hal tersebut, orang awam cukup mengerti arti penting budaya yang dimiliki. Tak seorang pun dapat memungkiri semakin pentingnya arti komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya ini menempati posisi sentral dalam dinamika sosial. Apalagi sekarang telah memasuki era globalisasi. Suatu era yang mampu menembus batas-batas wilayah suatu Negara. Contoh yang paling sederhana dan mudah kita jumpai adalah banyak sekali dan hampir setiap waktu, budaya-budaya asing masuk dan bertatap muka dengan kita dan anggota keluarga lainnya. Suka atau tidak suka, kondusif atau mungkin berbeda dan bertentangan dengan kultur kita sendiri. Namun mereka telah hadir disetiap kesempatan dan berusaha mempengarungi kita untuk menerima dan masuk dalam kehidupan kita. Hal ini telah dibuktikan dengan kehadiran mereka yang merambah pada kehidupan pribadi kita, di kamar – kamar kita melalui media elektronik dan media cetak serta media-media massa lainnya. Jika kita perhatikan sungguh banyak sekali faktor yang menjadi penyebab semakin nyata dan bahkan pentingnya komunikasi antar budaya.
Dengan belajar komunikasi antar budaya harapan kita setidaknya memiliki tujuan meningkatkan pengetahuan kita tentang diri kita sendiri dengan menjelaskan sebagian dari perilaku komunikatif yang tidak kita sadari. Entah disadari atau tidak, gegar budaya terjadi pada setiap individu, dan saat mengalami hal demikian bagi ia akan mengalami sebuah keterasingan diri pada lingkungan barunya. Namun dengan melakukan interaksi dan mempelajari budaya di lingkungannya maka ia akan menemukan sebuah keadaan yang nyaman dan bahkan hal demikian mampu menambah informasi serta pengetahuan baru dalam melengkapi informasi tentang budaya, sehingga dalam proses yang demikian seseorang tanpa ia sadari melakukan akulturasi budaya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Gegar Budaya sebagai Proses Komunikasi Antar Budaya. www.wordpress.com. Diakses pada tanggal 13 September 2010.
Anonim. 2010. Penggunaan Bahasa di Dalam Komunikasi Antar Budaya. www.wikipediaindonesia.com. Diakses pada tanggal 13 September 2010.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Yogyakarta : PT. Graha Ilmu.
Liliweri, Alo. 2003. Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: LKIS.
Mulyana, D. dan Rakhmat, J. 2001. Komunikasi Antarbudaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar