Sabtu, 17 Maret 2012

Laporan Praktikum PEPPP

saat-saat kuliah pasti tidak terlepas dari tugas-tugas, ujian dan praktikum. Kalau sudah di akhir semester pasti praktikum pada numpuk, sampai-sampai ngerjainnya harus dengan sistem wayangan karena sudah ditunggu deadline. hasil praktikum pun kurang maksimal dan kurang mengena. well mulailah dari sekarang nyicil buat ngerjain, dipelajari maksudnya apa? InsyaAllah nanti praktikum dan hasilnya lebih berkualitas. Tidak sekadar semata-mata yang penting ngerjain laporan. betul kan? :*
kalau dikerjain dengan sepenuh hati, pasti hasilnya akan lebih bagus dan ilmu yang didapat menjadi lebih berkah, amin. setuju kan?

nah untuk mempermudah pembuatan laporan, mungkin tulisan-tulisanku ini bisa bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan. soo Chek this out, :)

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kegiatan penyuluhan pertanian dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah atau suatu lembaga penyuluhan agar petani selalu tahu, mau, dan mampu mengadopsi inovasi demi tercapainya peningkatan pro¬duktivitas dan pendapatan usahatani guna memperbaiki mutu hidup atau kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Oleh sebab itu, kegiatan penyuluhan akan membutuhkan tenaga-tenaga penyuluh yang handal agar dapat melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian yang direncanakan.
Program adalah suatu kegiatan yang disusun, direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah disusun oleh suatu instansi, baik pemerintah maupun swasta atau yayasan seperti LSM atau suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendukung jalannya sebuah proyek. Tujuan itu berguna untuk menjadi acuan perancangan program dan pelaksanaan program, dengan adanya tujuan yang jelas maka penyusunan program dan pelaksanaannya bisa terarah dengan baik. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengetahui hasil dari program yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal, yaitu dengan melakukan evaluasi. Program yang tidak dibuat perencanaan terlebih dahulu boleh jadi program itu akan berjalan tak terarah dan di akhir program tidak ada sesuatu yang bisa digunakan untuk mengevaluasi program tersebut.
Secara harfiah pengertian perencanaan program penyuluhan yaitu sebagai proses pengambilan keputusan yang menghasilkan suatu pernyataan tertulis mengenai situasi, masalah, tujuan, dan cara mencapai tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik. Apabila pengertian tersebut diabstraksikan maka perencanaan progam penyuluhan adalah suatu proses yang sinambung dalam pembuatan keputusan mengenai kebutuhan atau masalah krusial dalam suatu wilayah, menentukan tujuan dan sasaran, serta menentukan tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kegunaan dari perencanaan program adalah untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Perencanaan program haruslah disusun berdasarkan keadaan daerah yang ada dengan memperhatikan potensi daerah yang bersangkutan. Selain itu juga diperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga perencanaan yang dibuat akan sesuai dengan kebijakan pemerintah dan kondisi daerah yang terkena program. Perencanaan yang disusun digunakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada, yang telah ditentukan skala prioritasnya terlebih dahulu.
Program yang ada, pada akhirnya perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Untuk definisi yang lebih luas adalah bahwa proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat ketiga komponen yaitu antara tujuan program, kegiatan dan evaluasi.
Pengambilan lokasi di Desa Palur disesuaikan dengan program pertanian yang telah dibuat oleh penyuluh setempat guna memperbaiki sistem pertanian yang telah ada. Program pertanian yang diadakan adalah menerapkan pertanian organik yang dimulai dari kepedulian petani akan kesuburan tanah. Kegiatan yang ada di Desa Palur salah satunya adalah pelatihan, diskusi maupun ceramah serta kunjungan lapang untuk menyampaikan cara-cara menjaga kesuburan tanah yang mendukung pertanian berkelanjutan.
Tujuan¬ Praktikum
Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program ini bertujuan agar:
Mahasiswa dapat menetapkan keadaan wilayah, merumuskan masalah berdasarkan data keadaan yang terdapat dalam monografi, kebijakan pemerintah dan data petani serta usahataninya.
Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah baik impact point teknik, ekonomi maupun sosial menjadi rumusan masalah dalam sebuah program pertanian di suatu wilayah
Mahasiswa dapat menentukan atau menetapkan tujuan dari masalah yang ada.
Mahasiswa dapat menetapkan cara pencapaian tujuan dari program pertanian yang ada.
Mahasiswa dapat mengevaluasi program pertanian yang ada.
Mahasiswa dapat menetapkan indikator untuk mengukur kemajuan yang dicapai.
Manfaat Praktikum
Manfaat Praktikum Perencanaan dan Evaluasi Program ini adalah sebagai berikut:
Bagi Praktikan
Praktikan mampu mengidentifikasi impact point teknis, impact point ekonomi, impact point sosial.
Menambah pengetahuan dan pengalaman praktikan.
Bagi Petani
Sebagai masukan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman petani.
Membantu petani memecahkan masalah yang tengah dihadapi saat ini.
Bagi Pemerintah
Sebagai bahan evaluasi terhadap program-program yang dijalankan agar program-progran tersebut bisa tercapai dengan baik.
Membantu pemerintah memecahkan masalah yang tengah dihadapi.

BAB II. MENETAPKAN KEADAAN

Pengumpulan Data
Kebijakan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo
Kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan daerah berdasarkan potensi di Kabupaten Sukoharjo dilaksanakan secara terpola dan terpadu dengan mengelompokkan kebijakan pertanian per sub sektor.
Sektor Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kebijakan pemerintah pada sektor tanaman pangan dan hortikultura ini meliputi:
Peningkatan produksi dan produktivitas dengan intensifikasi rehabilitasi dan integrasi pertanian, perikanan, dan kehutanan, serta penggunaan benit/bibit unggul
Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pelaku utama dan pelaku usaha
Memfasilitasi penggunaan sarana dan prasarana produksi alat mesin dan pengamanan hasil
Mengembangkan industri agropedesaan melalui pengolahan hasil, manajemen usaha, dan menguatkan sistem pemasaran
Menguatkan kelembagaan pelaku utama (kelompok tani) dan pelaku usaha melalui fasilitas bimbingan dan binaan
Pengembangan komoditas dengan peningkatan dukungan terhadap pengelolaan SDA dan lingkungan hidup
Peningkatan kemampuan dan keterampilan teknik budidaya, pengelolaan lahan, kelembagaan, pengolahan hasil, pasca panen, dan pemasaran
Sektor Peternakan
Kebijakan pemerintah pada sektor peternakan ini meliputi:
Peningkatan kemampuan, keterampilan, dan sikap SDM bidang peternakan melalui pendidikan dan latihan keterampilan
Penyediaan dan pengembangan bibit dan benih ternak yang berkualitas
Pengembangan teknologi tepat guna, murah, dan ramah lingkungan guna meningkatkan produktivitas ternak
Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan secara sistematis dan terencana
Pengembangan dan pengolahan (pengawetan) pakan ternak berbahan dasar lokal
Peningkatan kualitas pangan asal hewan yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Hiegenis)
Peningkatan kualitas produk peternakan dengan sertifikasi mutu guna meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif sesuai mekanisme pasar
Perbaikan dan peningkatan manajemen budidaya ternak guna meningkatkan efisiensi usaha peternakan
Pengembangan jaringan pemasaran dan distribusi melalui promosi (expo/pameran)
Pengembangan skala usaha melalui penguatan modal usaha (Kredit Usaha Rakyat/KUR)
Sektor Perikanan
Peningkatan usaha budidaya perikanan dengan dukungan sarana prasarana pendukung yang diperlukan
Meningkatkan kemampuan teknisbudidaya ikan
Peningkatan penyediaan bibit ikan untuk kebuutuhan lokal dengan optimalisasi balai benih ikan
Optimalisasi usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dengan meningkatkan mutu produk yang hiegenis untuk memenuhi persyaratan mutu ekspor maupun pemenuhan kebutuhan dalam negeri

Data Keadaan Wilayah
Musim/Iklim
Berdasarkan Smith dan Fergusson, iklim di Kecamatan Mojolaban termasuk daerah tipe iklim golongan C atau termasuk daerah basah. Hal ini didasarkan pada perhitungan bulan basah dan bulan kering. Perhitungan bulan basah : 6 bulan, bulan kering : 6 bulan.
Keadaan Topografi, Jenis Tanah, Pengairan dan Pertanaman
Desa Palur secara umum merupakan sebagian dataran rendah, sebagian merupakan daerah bergelombang. Jenis tanah di Desa Palur adalah Grumusol.
Wilayah di Desa Palur Kecamatan Mojolaban adalah lahan sawah yang berpengairan teknis, dengan infrastruktur cukup memadai. Menurut data monografi Desa Palur, luas tanah sawah dengan irigasi teknis 220,69 Ha sedangkan untuk luas tanah sawah irigasi setengah teknis 220,69 Ha. Di Desa Palur memiliki 1 dam yang digunakan untuk mengairi 74 Ha. Tanaman utama yang paling banyak diusahakan di Desa Palur adalah padi, dengan luasan yang dipanen 56 ha. Rata-rata produksi 6 Kuintal per Ha.
Perhubungan Jalan, Listrik dan Telepon
Desa Palur Kecamatan Mojolaban memiliki jalan desa aspal sepanjang 25 km dalam kondisi baik. Jaringan listrik telah menjangkau Desa Palur tampak dari kepemilikan alat elektronik yang cukup tinggi yaitu tercatat 496 buah. Jaringan telepon kabel maupun telepon genggam telah terbangun dan mendukung aktivitas warga.
Keadaan Penduduk
Keadaan Penduduk Desa Palur Menurut Umur
Umur merupakan salah satu yang dijadikan kriteria di dalam menentukan tingkat adopsi inovasi. Penduduk yang tergolong ke dalam usia muda muda cenderung akan lebih mudah atau cepat untuk menerima informasi yang disampaikan dibandingkan dengan kelompok umur tua. Pada perencanaan program keadaan penduduk menurut umur diperlukan untuk mengetahui jumlah penduduk yang sudah masuk dalam usia kerja atau dengan kata lain untuk mengetahui jumlah penduduk produktif dan jumlah penduduk non produktif.
Tabel 1. Keadaan Penduduk Menurut Umur di Desa Palur
No. Umur Jumlah
1. 0 - 4 2300
2. 5 - 9 980
3. 10 -14 817
4. 15 -19 1186
5. 20 - 24 1309
6. 25 - 29 2847
7. 30 - 39 1195
8. 40 - 49 862
9. 50 - 59 850
10. > 60 820
Jumlah 13404
Sumber : Data Monografi Desa Palur Kecamatan Mojolaban Tahun 2010
Jumlah penduduk usia produktif (15-59 th) di Desa Palur pada tahun 2010 sebesar 8249 jiwa, sedangkan untuk usia non produktif sebesar 4917 jiwa.
ABT(Angka Beban Tanggungan) = (∑▒〖penduduk non produktif〗)/(∑ penduduk produktif) x 100%
= 4917/8249 x 100%
= 59,60 %
Angka beban tanggungan adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif dengan jumlah penduduk yang produktif dikalikan 100. Ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sejumlah penduduk usia non produktif. Klasifikasi usia produktif yaitu antara 15-60 tahun. Angka beban tanggungan makin kecil bila usia non produktifnya makin kecil pula.
ABT pada tahun 2010 yaitu sebesar 59,60%, hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk produktif menanggung kurang lebih 60 penduduk tidak produktif. Angka beban tanggungan akan semakin besar bila penduduk usia non produktif semakin besar, bila dibandingkan penduduk usia produktif. Semakin besar ABT, berarti makin besarlah beban tanggungan untuk orang-orang yang belum, dan tidak produktif lagi.
Keadaan Penduduk Desa PalurMenurut Jenis Kelamin
Penduduk menurut jenis kelamin terbagi menjadi penduduk laki-laki dan perempuan. Perbedaan gender ini biasanya berpengaruh pada kegiatan usahatani yang dilakukan. Perempuan mendapatkan pekerjaan yang biasanya lebih mudah daripada laki-laki dalam hal kegiatan usahatani. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Desa Palur adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Palur
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 6727
2. Perempuan 6677
Total 13404
Sumber : Data Monografi Desa Palur Kecamatan Mojolaban Tahun 2010
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa keadaan penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk perempuannya lebih besar daripada jumlah penduduk laki-laki. Pada tahun 2010 jumlah penduduk perempuan sebanyak 6677, sedangkan penduduk laki-laki sebanyak 6727. Hal tersebut menggambarkan bahwa kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan tidaklah berbeda jauh atau dapat dikatakan sama.
Tabel di atas menunjukkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Desa Palur Kecamatan Mojolaban. Sex ratio merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan dalam persentase.


Sex ratio = (Penduduk Laki-laki)/(Penduduk perempuan) x 100%
= 6727/6677 x 100%
= 100,74%
= 101 %
Sex ratio merupakan perbandingan antara penduduk laki-laki dengan perempuan dapat dicari dengan menggunakan jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan untuk kemudian dibuat perbandingannya. Jika Sex ratio 100 artinya dalam 100 orang perempuan terdapat 100 orang laki-laki (jumlah laki-laki sama dengan perempuan). Hal ini berarti pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki sama, jika sex ratio kurang dari 100 maka pembagian kerjanya tidak sama yang lebih berperan adalah wanitanya, begitu pula sebaliknya.
Angka Sex Ratio di Desa Palur Kecamatan Mojolaban pada tahun 2010 adalah sebesar 101. Angka ini menunjukkan bahwa pada setiap 100 orang perempuan terdapat 101 laki-laki. Oleh karena itu, yang lebih berperan dalam pekerjaannya yaitu laki-laki.
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di suatu daerah menunjukkan pencapaian pemerataan pendidikan suatu negara. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dapat dilihat pada kondisi pendidikan di pedesaan. Adanya tingkat pendidikan yang tinggi pada suatu daerah dapat mempercepat proses pembangunan pada daerah yang bersangkutan.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Palur Kecamatan Mojolaban Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010
No Tingkat pendidikan Jumlah (Orang)
1 Tamat Akademi/Sarjana 31
2 Tamat SMA 89
3 Tamat SMP 123
4 Tamat SD 94
5
6
7 Tidak Tamat SD
Belum Tamat SD
Tidak Sekolah -
419
-
Sumber : Monografi Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Palur Kecamatan Mojolaban sudah mengetahui arti penting pendidikan. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya penduduk yang menyelesaikan sekolahnya hingga tamat sarjana yaitu sebanyak 31 orang. Penduduk yang tamat SMA adalah sebanyak 89, tamat SMP 123, tamat SD sebanyak 94. Dari data tersebut terlihat bahwa penduduk desa Palur Kecamatan Mojolaban paling banyak adalah yang menamatkan pendidikan hingga SMP. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sangat berpengaruh terhadap kegiatan penyuluhan yang ada di Desa Palur. Tingkat pendidikan yang relatif tinggi mempengaruhi kecepatan petani dalam mengadopsi inovasi-inovasi yang ada. Selain itu, petani mempunyai pengetahuan tentang analisis usaha tani, sehingga dapat memperhitungkan setiap pengeluaran dan pendapatan dalam usaha tani.
Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian diperlukan untuk mengetahui seberapa besar penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani, hal ini dikarenakan pendapatan pokok daerah Sukoharjo adalah dari sektor pertanian. Dengan mengetahui jumlah petani maka dapat dibuat perencanaan yang dapat meningkatkan produksi pertaniannya.
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Palur Kecamatan Mojolaban.
Jenis Mata Pencaharian Jumlah
Petani sendiri
Buruh tani
Nelayan
Pengusaha
Buruh Industri
Buruh Bangunan
Pedagang
Pengangkutan
Pegawai Negeri Sipil / ABRI
Pensiunan
Lain-lain
Jumlah 451
37
-
11
389
187
9
17
1175
97
2217
4590
Sumber : Monografi Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010.
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo paling banyak adalah bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sipil atau ABRI. Penghasilan yang diperolehp juga lebih besar bila dibandingkan dengan penghasilan di sektor pertanian. Oleh karena itu kemungkinan penduduk di desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo memilih bertani sebagai suatu sambilan yang hasil pertaniannya untuk dikonsumsi sendiri. Sedangkan menurut data monografi desa, jumlah masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani sebanyak 451 orang.

Data Kelembagaan Desa
Kelembagaan Pemerintah
Di Desa Palur dipimpin oleh seorang Kepala Desa kemudian turun ke jajaran bawahnya, berikut bagan pemerintahan desa :






Gambar 1. Bagan Pemerintahan Desa Palur
Lembaga pemerintahan di Desa Palur ini hanya satu yaitu BPD (Badan Perwakilan Desa), BPD ini merupakan lembaga yang terdiri dari pewakilan masing-masing dusun dan pemerintah Desa sendiri. Peran BPD ini lebih mengarah ke pembahasan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh desa. Dengan adanya BPD ini masyarakat menjadi lebih mudah mengawasi kerja dari pemerintah desa. Ada beberapa kelembagaan desa yang ada di Desa Palur, yaitu kelembagaan bidang pemerintahan, ekonomi, dan sosial.
Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan petani yang ada di Desa Palur berupa kelompok tani tingkat desa sub sektor tanaman pangan dan kelompok ternak sapi. Di Desa Palur terdapat 5 Kelompok Tani aktif yaitu :
Kelompok Tani Marsudi Raharjo, yang diketuai oleh Bapak Dalimin.
Kelompok Tani Marsudi Roso, yang diketuai oleh Bapak Mulyono
Kelompok Tani Marsudi Utomo, yang diketuai oleh Bapak Suprapto
Kelompok Tani Kromo Boga, yang diketuai oleh Bapak Sadimien
Kelompok Tani Marsudi Bersatu, yang diketuai oleh Bapak Mursidi
Kebiasaan di kelompok tani ini adalah untuk membicarakan masalah-masalah pertanian dan pengelolan ternak sapi yang dialami oleh anggotanya. Masing-masing kelompok tani hanya memiliki fasilitas berupa alat administrasi saja, untuk tempat pertemuan biasanya menggunakan gubuk di tengah-tengah persawahan.
Kelembagaan Kemasyarakatan
Lembaga sosial yang ada di Desa Palur adalah PKK. PKK ini merupakan lembaga yang beranggotakan ibu-ibu yang bisa diisi dengan arisan dan kegiatan-kegiatan lain. Dengan adanya PKK ini akan lebih mudah bagi pemerintah Desa dalam mensosialisasikan program peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan Ekonomi
Lembaga ekonomi di Desa Palur ini hanya satu yaitu Koperasi Simpan Pinjam. Koperasi Simpan Pinjam di Desa Palur berjumlah cukup banyak yaitu 71 buah. Koperasi ini sangat membantu masyarakat sebagai salah satu solusi pengelolaan pendapatan dari usahanya baik dari bidang pertanian maupun non pertanian.
Data Keadaan Usahatani
Fasilitas Usahatani
Petani mengolah tanah dengan menggunakan mesin traktor. Pemeliharaan tanaman melalui usaha pengairan dilakukan dengan mengandalkan irigasi air dam yang sistemnya petani harus membayar sesuai luas lahan yang dialiri. Pemupukan menggunakan pupuk anorganik/kimia seperti urea, ZA, TSP, NPK dan lain-lain serta pupuk organik dari kotoran ternak sapi. Pada saat panen, petani menggunakan peralatan modern seperti mesin perontok padi dan rice milling keliling.
Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Biaya Produksi dan Harga Panen
Keadaan pertanian di Desa Palur meliputi tanaman pangan, sayuran dan buah-buahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Keadaan Pertanian di Desa Palur
Jenis Usahatani Luas Lahan Produksi (ha) Rata-rata Produksi Kw/Ha Biaya Produksi Harga Panen
Padi 56
Jagung -
Ketela Pohon
Ketela Rambat -
Kacang Tanah -
Kedelai -
Sumber : Monografi Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun 2010.
Bentuk usahatani yang ada di Desa Palur hanya terfokus pada satu jenis komoditas saja yaitu padi sawah. Hal ini menjadi sangat rentaan dan penuh resiko apabila gagal panen. Meski telah banyak dilakukan penyuluhan untuk menerapkan pola tanam yang lebih beragam demi memutus rantai hama namun petani enggan mengusahakan lahannya selain untuk tanaman padi.
Tabel 6. Peternakan di Desa Palur
No. Jenis ternak Jumlah (ekor)
1. Ayam Kampung 4551
2. Ayam Ras 4125
3. Kerbau 4
4. Kambing Domba 155
5. Sapi perah 47
6. Sapi biasa 68
7. Itik 817
Sumber: Data Sekunder
Ayam kampung adalah ternak yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat di Desa Palur. Kebanyakan masyarakat berternak ayam adalah untuk komersil dan sebagian untuk sambilan saja maupun konsumsi sendiri, sehingga banyak yang berternak ayam kampung. Hewan yang cukup banyak dipelihara selain ayam adalah beternak itik dan ayam ras. Itik di sini umumnya dipelihara untuk hal komersial yaitu telurnya dijual. Hewan ternak yang paling sedikit dipelihara adalah kerbau, dahulu masyarakat banyak menggunakannya untuk membajak sawah akan tetapi saat ini mereka memilih menggunakan mesin traktor.
Perumusan Keadaan
Dari data yang telah diperoleh dan diolah dapat dirumuskan beberapa keadaan yang ada di Desa Palur Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo antara lain:
Bagaimana kebijakan pemerintah di Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo?
Bagaimana keadaan penduduk menurut umur, jenis kelamin, pendidikan, dan mata pencaharian?
Bagaimana kondisi tanah, populasi ternak, dan tanaman pertanian yang ada di Desa Palur?
Bagaimana keadaan kelembagaan pertanian yang ada?
Bagaimana kondisi usahatani petani Desa Palur?
Masalah Yang Dihadapi
Masalah adalah suatu keadaan dimana ada kesenjangan antara apa yang terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi dan adanya hal tersebut menyebabkan ketidaknyamanan atau kerugian. Dari pengolahan data yang dilakukan dapat diketahui bahwa masalah-masalah yang muncul pada usahatani padi di Desa Palur adalah :
Masih banyak petani yang belum menggunakan sistem tanam bergilir
Masih banyak petani yang hanya terfokus pada satu komoditas yaitu padi.
Masih banyak petani tidak menggunakan pupuk organik
Masih banyak petani yang gagal panen akibat serangan hama wereng
Masih banyak petani yang tidak melakukan identifikasi pasar
Belum ada petani yang melakukan pengelolaan usahatani
Belum ada petani yang melakukan analisis usahatani
Upaya Pemecahan Masalah
Sebagai upaya pemecahan masalah yang ada diadakan dilakukan penyuluhan tentang:
Sistem tanam bergilir dengan manfaat dapat memutus siklus hidup hama dan penyakit, dan menjaga kesuburan tanah sehingga meningkatkan produktivitas pertanian yang diusahakan petani di Desa Palur.
Memberikan pemahaman dan contoh keberhasilan serta prospek pasar dari penanaman tanaman selain padi sehingga petani tertarik untuk menanam tanaman hortikultura dan tanaman perkebunan.
Penggunaan pupuk organik dengan mengoptimalkan pemanfaatan kotoran ternak, untuk mempertahan unsur hara dalam tanah, dan mempertahankan produktivitas tanah.
Memberi bantuan dan solusi untuk pemulihan kondisi tanah untuk musim tanam berikutnya serta asuransi kerugian petani.
Memberi penjelasan cara memantau pasar dan memberi kemudahan bagi petani untuk mengakses harga di pasar sehingga petani mendapatkan keuntungan.
Peningkatan kemauan dan kemampuan petani dalam membuat catatan usahatani.
Peningkatan kemauan dan kemampuan petani dalam menghitung keuntungan usahatani.

BAB III. IDENTIFIKASI IMPACT POINT TEKNIS
Penyusunan instrumen yang dibutuhkan dalam mengidentitifikasi impact point dalam hal teknis budidaya perlu dibuat angket terlebih dahulu yang berisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan teknik budidaya yang baik. Baik itu dari pengolahan tanahnya, sistem irigasinya, penggunaan pupuk untuk meningkatkan produktivitas, teknik penanaman yang baik, serta cara pengendalian hama yang berwawasan lingkungan. Selain menggunakan angket, untuk mengidentifikasi impact point dalam hal teknis budidaya juga bisa dilakukan dengan wawancara dengan responden secara langsung. Dengan wawancara secara langsung diharapkan dapat lebih memahami kondisi di lapang dengan lebih jelas.
Penentuan impact point teknis dapat dilakukan dengan menentukan beberapa indikator permasalahan Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) teknis yaitu meliputi : teknik pengolahan tanah, persiapan benih, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, panen serta pasca panen. Sumber dari analisis yaitu merupakan analisis data potensial dan data aktual.

Tabel 7. Identifikasi Impact point Teknis di Desa Palur
No TPT Data Potensial Data Aktual Keterangan
1. Penggunaan benih Petani menggunakan bibit unggul bersertifikat (hibrida) Petani menggunakan bibit unggul bersertifikat (hibrida) Tidak terjadi impact point
2. Bercocok tanam Petani menanam dengan sistem jajar legowo dan melakukan rotasi tanaman untuk mengurangi laju pertumbuhan hama Petani menanam dengan sistem jajar legowo, tetapi teknik penanamannya masih monokultur yaitu Padi-Padi-Padi Terjadi impact point
3. Pemupukan Petani menggunakan pupuk organik Petani menggunakan organik dan pupuk kimia Terjadi Impact point
4. Pengairan Petani memanfaatkan irigasi Petani memanfaatkan irigasi Tidak terjadi impact point
5. PHT (Pengendalian Hama Terpadu) Petani mengendalikan hama dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dengan musuh alami Petani belum menggunakan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dengan pestisida
Terjadi Impact point
6. Panen Petani memanen pada waktu panen Petani memanen pada waktu panen, Namun mengalami gagal panen Terjadi impact point
7. Pemasaran Petani memasarkan ke pasar sendiri Petani menjual hasil panen ke penebas Terjadi impact point
Sumber: Data Primer
Perbedaan antara data yang diharapkan dengan data yang terjadi di lapang akan menyebabkan keadaan yang tidak memuaskan yang sering disebut sebagai masalah. Masalah yang ditemui di lapang kemudian dirumuskan untuk mempermudah dalam menetapkan impact point, khususnya impact point teknis. Impact point teknis adalah masalah yang paling penting untuk segera diselesaikan karena biasanya berkenaan dengan teknis budidaya yang langsung diaplikasikan di lapang. Adapun beberapa masalah tersebut, diantaranya :
Petani melakukan pemupukan yang masih menggunakan pupuk kimia, seharusnya petani hanya menggunakan pupuk organik.
Teknik bercocok tanam yang dilakukan petani masih menganut sistem monokultur yaitu dalam setiap tahunnya hanya menanam Padi-Padi-Padi untuk setiap musim tanam.
Petani menggunakan pestisida untuk mengendalikan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), seharusnya petani hanya menggunakan musuh alami.
Saat musim panen, petani bisa optimal memanen padi, tetapi pada kenyataannya petani tidak bisa panen karena mengalami gagal panen akibat serangan hama wereng yang melebihi batas ambang ekonomi.
Pemasaran hasil panen tidak sesuai anjuran yaitu petani menjual hasil panennya langsung kepada penebas, seharusnya hasil panen dijual ke pasar.
Dari beberapa masalah di atas, dapat ditetapkan impact point teknis yaitu masalah penggunaan pupuk, metode bercocok tanam, pengendalian hama dan penyakit yang masih menggunakan pestisida dan kegiatan pemasaran hasil pertanian. Penggunaan pupuk kimia di desa tersebut sudah mendarah daging, karena mereka beranggapan apabila tanaman tidak dipupuk dengan pupuk kimia maka hasilnya kurang bagus. Teknik bercocok tanam yang dilakukan menggunakan sistem penanaman monokultur yaitu hanya menanam padi untuk setiap musim tanam. Penyebabnya dikarenakan ketersediaan air di Desa Palur terjaga untuk setiap tahunnya, sehingga akibatnya banyak petani yang enggan melakukan sistem penanaman dengan rotasi tanaman. Namun hal tersebut akan mengakibatkan semakin berkembangnya hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi, karena usaha memutuskan siklus hidup hama tidak dilakukan, maka hama yang menyerang meningkat karena ketersediaan makanannya berupa padi ada sepanjang tahun. Akibatnya banyak petani yang mengalami kerugian karena sawah mereka puso dan gagal panen karena diserang hama yang sudah melewati batas ambang ekonomi. Penggunaan pestisidapun juga seperti itu, petani merasa sudah menjadi tradisi sejak dulu untuk menggunakan pestisida dalam pengendalian OPT. Penggunaan pestisida dirasa cukup efektif dan efisien.
Selama tiga kali musim tanam, petani tidak bisa memanen hasil padinya, karena sawah mereka puso akibat serangan hama wereng yang melebihi batas ambang ekonomi. Akibatnya petani mengalami gagal panen dan menderita kerugian yang sangat besar. Hal ini dapat terjadi dikarenakan petani menanam dengan sistem monokultur yaitu hanya menanam padi selama musim tanam dalam setahun. Akibatnya wereng yang merupakan hama utama tanaman padi, tersedia terus makanannya. Sehingga pertumbuhan wereng semakin meningkat. Seharusnya dalam satu tahun petani tidak hanya menanam padi saja, melainkan menggunakan sistem gilir tanaman (rotasi) seperti Padi-Padi-Palawija, agar dapat memutus siklus hidup hama wereng, sehingga petani bisa memanen padinya saat musim tanam tiba.
Pemasaran yang dilakukan oleh petani Desa Palur adalah dengan menjual hasil panenan mereka langsung kepada tengkulak/penebas. Mereka merasa diuntungkan karena tengkulak langsung datang ke sawah mereka untuk membelinya sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya apapun untuk kegiatan off farm yang cukup besar seperti membayar transportasi untuk mengangkut hasil panen.

BAB IV. IDENTIFIKASI IMPACT POINT EKONOMI
Penyusunan instrumen yang dibutuhkan dalam mengidentitifikasi impact point dalam hal ekonomi perlu membuat angket terlebih dahulu yang berisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan. Kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan yaitu antara lain petani dapat menentukan harga jual produk pertanian yang dihasilkan, petani dapat menyeimbangkan dan meminimalkan biaya produksi, bagaimana petani mengelola pendapatan dari hasil usahataninya, serta bagaimana petani menganalisis usahatani seperti biaya yang dikeluarkan, dan berapa besar pendapatan yang diperoleh. Selain menggunakan angket, untuk mengidentifikasi impact point dalam hal ekonomi, juga bisa dilakukan dengan wawancara dengan responden secara langsung. Dengan wawancara secara langsung diharapkan dapat lebih memahami kondisi perekonomian yang sebenarnya dari responden.
Penentuan impact point ekonomis dilakukan dengan menentukan beberapa indikator permasalahan Tingkat Penerapan Teknologi (TPT) ekonomis meliputi : perencanaan usahatani, ketersediaan sarana produksi, pengelolaan usahatani dan analisis usahatani. Sumber dari analisis data potensial dan data aktual.

Tabel 8. Penyusunan Instrumen TPT Impact Point Ekonomis
No TPT Data Potensial Data Aktual Keterangan
1.









2.









3.




4.








Perencanaan Usahatani








Ketersediaan sarana produksi







Pengelolaan Usahatani



Analisis Usahatani







a.



b.





a.



b.





a.




a.





b.




c.
Petani diharapkan menentukan harga jual produk pertanian

Petani diharapkan menyeimbangkan dan meminimalisir biaya produksi


Diharapkan tersedia sarana produksi dapat menunjang usahatani

Diharapkan adanya sarana produksi yang berkesinambungan dengan modal yang dimiliki petani

Petani diharapkan dapat mengelola pendapatan dari usahataninya

Petani dapat menghitung besarnya input yang digunakan dalam kegiatan usahatani

Petani diharapkan dapat menghitung biaya pengeluaran untuk usahatani

Petani diharapkan menghitung pendapatan yang diperoleh Petani belum mampu menentukan harga jual produk pertanian

Petani sudah mampu menyeimbangkan dan meminimalisir biaya produksi


Adanya sarana produksi dapat menunjang usahatani

Adanya sarana produksi tidak berkesinambungan dengan modal yang dimiliki petani

Petani belum mampu mengelola pendapatan dari hasil usahataninya


Petani sudah menghitung besarnya input yang digunakan dalam usahatani dengan dibantu PPL

Petani belum menganalisis biaya usahatani yang dikeluarkan

Petani menghitung pendapatan yang diperoleh
Terjadi impact point


Tidak terjadi impact point




Tidak terjadi impact point


Terjadi impact point




Terjadi impact point



Tidak terjadi impact point




Terjadi impact point



Tidak terjadi impact point

Sumber : Data Primer
Perbedaan antara data yang diharapkan dengan data yang terjadi di lapang akan menyebabkan keadaan yang tidak memuaskan yang sering disebut sebagai masalah. Masalah yang ditemui di lapang kemudian dirumuskan untuk mempermudah dalam menetapkan impact point, khususnya impact point ekonomis. Impact point ekonomis adalah masalah yang paling penting untuk segera diselesaikan berkenaan dengan pengelolaan usahatani secara ekonomi. Adapun masalahnya yaitu petani seharusnya membuat analisis hasil usahataninya sehingga bisa dilihat berapa modal yang telah dikeluarkan dan seberapa besar penerimaan yang diperoleh dari usahatani.
Dari masalah di atas, dapat ditetapkan impact point ekonomis yaitu petani belum mampu menentukan harga jual produk pertanian yang dihasilkan, sarana produksi yang ada tidak terjadi kesinambungan dengan modal yang dimiliki petani, petani belum mampu mengelola pendapatan dari usahatani dengan tepat dan petani belum mampu menganalisis biaya usaha tani yang dikeluarkan. Rincian anggaran untuk usahatani menjadi impact point atau masalah utama yang harus dipecahkan. Hal ini dikarenakan perincian anggaran tersebut sangat penting untuk memperkirakan apa saja input yang akan digunakan dalam proses pengelolaan usahatani serta berapa besarnya biaya yang dikeluarkan untuk setiap inputnya. Dengan adanya perencanaan anggaran yang lebih rinci, maka diharapkan petani akan dapat menekan pengeluarannya. Selain itu, dengan adanya rincian anggaran akan memudahkan petani dalam menghitung besarnya biaya pengeluaran, besarnya pendapatan yang diperoleh serta besarnya keuntungan usahatani.

BAB V. IDENTIFIKASI IMPACT POINT SOSIAL

Penyusunan instrumen yang dibutuhkan dalam mengidentitifikasi impact point dalam hal sosial budaya perlu membuat angket terlebih dahulu yang berisi daftar pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan sosial budaya yang ada di wilayah setempat. Kondisi sosial budaya yang bisa dipertanyakan yaitu seberapa besar petani ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan kelompok tani, bagaimana hubungan antar anggota kelompok tani, bagaimanakah sikap petani dalam penyerapan teknologi baru, dan seberapa sering petani ikut menghadiri pertemuan-pertmuan yang diadakan kelompok tani. Selain menggunakan angket, untuk mengidentifikasi impact point dalam hal sosial budaya juga bisa dilakukan dengan wawancara dengan responden secara langsung. Dengan wawancara secara langsung diharapkan dapat lebih memahami kondisi di lapang dengan lebih jelas.
Identifikasi impact point merupakan suatu langkah yang dilakukan guna mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi petani. Dengan melalui analisis impact point sosial ini, maka akan memudahkan langkah selanjutnya yang dapat kita ambil guna membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi petani. Sumber dari analisis data potensial dan data aktual. Untuk menentukan impact point mengenai sosial budaya yang ada, terlebih dahulu kita harus menyusun instrumen untuk menilai tingkat penerapan teknologi (TPT). TPT impact point sosial yang teridentifikasi antara lain keaktifan petani dalam kelompok tani, serta sikap dan kemampuan petani dengan adanya teknologi baru.


Tabel 9. Identifikasi Impact Point Sosial
No TPT Sosial Data potensial Data aktual Keterangan
1. Keaktifan Petani Dalam Kelompok Tani
Tingkat partisipasi aktif mengikuti kegiatan yang ada dalam kelompok tani Anggota kelompok tani berpartisipasi aktif Anggota kelompok tani berpartisipasi secara aktif Tidak Terjadi impact point
Hubungan antara anggota kelompok tani Baik Baik Tidak terjadi impact point
Pertemuan/perkumpulan kelompok tani Satu bulan sekali/setiap ada kasus Satu bulan sekali/setiap ada kasus Tidak terjadi impact point
2. Sikap Petani terhadap Teknologi Baru
Sikap petani adanya teknologi baru Mau manerima inovasi baru Mau menerima inovasi baru Tidak terjadi impact point
Kemampuan dalam menyerap teknologi baru Cepat Cepat Tidak terjadi impact point
Sumber : Data Primer
Berdasarkan identifikasi impact point sosial tersebut tidak ditemukan adanya impact point atau masalah yang dihadapi. Hal ini dikarenakan petani sadar akan pentingnya kelompok tani yang ada di wilayah desanya sebagai tempat bertukar pikiran dengan pengalaman masing-masing serta sebagai sarana untuk memecahkan masalah yang tengah terjadi terhadap usahatani mereka. Selain itu petani juga memahami arti penting adanya teknologi baru, untuk memajukan usahatani yang mereka geluti, seperti penggunaan benih padi varietas baru yaitu varietas Inpari B dan varietas Situbagendit yang tahan terhadap serangan hama wereng.








BAB VI. MERUMUSKAN TUJUAN

Penetapan Impact point
Penetapan impact poin berdasarkan adanya kesenjangan atau perbedaan antara data aktual dengan data potensial. Impact point ditetapkan untuk merumuskan tujuan. Berdasarkan identifikasi impact point teknis, ekonomis, dan social maka diperoleh beberapa impact point sebagai berikut :
Impact point Teknis
Pada tahap bercocok tanam terjadi impact point karena petani belum menerapkan rotasi tanaman
Pada tahap pemupukan, impact point terjadi pada penggunaan pupuk. Petani menggunakan pupuk kimia dan organik, seharusnya petani hanya menggunakan pupuk organik
Tahap pengendalian hama dan penyakit yang menjadi impact point adalah pengendalian hama dan penyakit dalam penggunaan pestisida. Petani menggunakan pestisida anorganik, padahal seharusnya petani menggunakan pestisida organik.
Pada saat panen terjadi impact point karena petani gagal panen seharusnya petani bisa menikmati hasil panennya.
Pada waktu pemasaran terjadi impact point yaitu petani menjual hasil panen langsung ke penebas seharusnya petani memasarkan sendiri ke pasar.
Impact point Ekonomis
Pada tahap pengelolaan usahatani impact point terjadi pada
Petani belum mampu menentukan harga jual produk pertanian,
Adanya sarana produksi belum mampu berkesinambungan dengan modal yang dimiliki oleh petani
Petani belum melakukan pengelolaan pendapatan usahatani.
Petani belum mampu menganalisis biaya usaha tani yang dikeluarkan, dikarenakan sebagian besar petani hanya mengandalkan daya ingat mereka dalam mengerjakan usaha taninya.
Impact point Sosial
Berdasarkan pembahasan pada bab V, tidak ditemukan impact point atau masalah sosial yang dihadapi di Desa Palur. Interaksi petani di Desa Palur sudah aktif mengikuti kegiatan di dalam maupun di luar kelompok tani sehingga terjadi dinamika kelompok yang harmonis serta petani mampu menerima inovasi baru dengan cepat.
Merumuskan Tujuan
Impact point Teknis
Petani dapat melakukan rotasi tanaman
Petani dapat menggunakan pupuk organik sesuai anjuran.
Petani dapat melakukan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu dengan menggunakan pestisida organik.
Petani dapat menikmati hasil panen.
Petani dapat memasarkan hasil panen sendiri tanpa melalui penebas.
Impact point Ekonomis
Petani mampu menentukan harga jual produk pertanian,
Adanya sarana produksi yang berkesinambungan dengan modal petani,
Petani dapat melakukan pengelolaan pendapatan usahatani.
Petani dapat melakukan analisis biaya usaha tani yang dikeluarkan.
Impact point Sosial
Petani dapat mempertahankan keaktifan sebagai anggota kelompok tani dan dalam kegiatan penyuluhan.
Masalah yang dihadapi
Petani tidak melakukan rotasi tanaman tetapi masih menggunakan sistem monokultur.
Petani belum menggunakan pupuk organik
Petani masih menggunakan pestisida anorganik untuk mengatasi masalah pengendalian hama dan penyakit pada tanaman
Petani belum dapat menikmati hasil panen
Petani belum mampu memasarkan hasil panen sendiri
Petani belum mampu menentukan harga jual produk
Petani belum mampu mengoptimalkan penggunaan sarana produksi sehingga kurang berkesinambungan dengan modal
Petani belum mampu mengelola pendapatan hasil usaha tani
Petani belum mampu menganalisis biaya usaha tani yang dikeluarkan
Pemecahan Masalah
Impact point Teknis
Pemecahan masalah untuk petani yang masih menerapkan sistem monokultur dengan memberikan contoh hasil dari penerapan sistem rotasi tanaman.
Permasalahan mengenai pemupukan terjadi pada tahap penggunaan pupuk. Petani menggunakan pupuk kimia dan organik. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan melakukan kegitan penyuluhan untuk pemberian informasi kepada petani tentang penggunakan pupuk organik lebih baik daripada anorganik.
Permasalahan pada tahap pengendalian hama dan penyakit yaitu dalam penggunaan pestisida. Petani menggunakan pestisida anorganik. Permasalahan dapat dipecahkan melalui kegitan penyuluhan terhadap petani dengan menggunakan pestisida organik.
Permasalahan hasil panen yang tidak dapat dinikmati petani diatasi dengan penyuluhan mengenai alternatif tanaman yang memiliki potensi ekonomis misalnya tanaman perkebunan.
Permasalahan petani yang belum mampu memasarkan hasil panennya dengan memberikan informasi tempat pemasaran seperti tempat penggilingan padi.
Impact point Ekonomis
Permasalahan mengenai pengelolaan usahatani yaitu petani belum mampu menganalisis biaya usaha tani, menetapkan harga jual produk dan melakukan pengelolaan pendapatan usahatani, dapat dipecahkan dengan melakukan pertemuan kelompok dan diskusi serta pendampingan kepada petani untuk pembukuan yang berguna untuk mengetahui basarnya pengeluaran dam pemasukan dalam usahataninya serta melakukan kegiatan pembelajaran mengenai pengeloaan usahatani tersebut.
Impact point Sosial
Identifikasi impact point sosial tidak diketemukan adanya masalah, sehingga tidak dibutuhkan pemecahan masalah. Hanya saja harus mempertahankan keadaan sosial yang berlangsung di Desa Palur. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan keadaan sosial adalah:
Tetap mengadakan kegiatan yang melibatkan keaktifan anggota kelompok.
Tetap mengadakan kegiatan penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani dan keadaan wilayah.
Saran-Saran Pelaksanaan Perumusan Tujuan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penetapan tujuan yaitu:
Sebaiknya dalam merumuskan tujuan benar-benar disesuaikan dengan impact point yang sudah ditetapkan.
Pengadaan penyuluhan mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia yang berlebihan dapat merusak tanaman serta merusak kondisi lahan pertanian
Penetapan tujuan harus spesifik, dapat diukur, dapat diamati, praktis, dan dapat dicapai oleh petani.

BAB VII. MENETAPKAN CARA MENCAPAI TUJUAN
Tahap selanjutnya setelah penetapkan tujuan adalah cara mencapai tujuan. Cara mencapai tujuan adalah cara-cara yang ditempuh oleh perencana program untuk memecahakan masalah yang sedang dihadapi. Dari permasalahan permasalahan yang ada di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tersebut dapat dicari dan ditetapkan cara pencapaian tujuannya sebagai berikut :


Tabel 10. Matriks Cara Mencapai Tujuan Program
No Masalah Tujuan Metode Lokasi Unit Frekuensi Volume Sasaran Petugas Waktu Perlengkapan Biaya (Rp)
Per Unit Total Sumber

1. Petani belum melakukan teknik penanaman dengan rotasi tanaman Petani dapat melaksanakan teknik pertanaman dengan rotasi tanaman Pelatihan
Diskusi, Kunjungan lapang studi banding Desa Palur,Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo 5 kolompok tani 5 bulan 3X
Petani PPL Januari-Mei
2011 Pengeras suara, leafleat dan demplot lahan 150.000 450.000 APBD
2 Petani belum menggunakan pupuk organik Petani menggunakan pupuk organik Ceramah
Pendampingan
pelatihan Desa Palur,Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo 5kelompok tani 3 bulan 3X Petani PPL Februari, Juni Oktober
2011 Pengeras suara dan demplot 200.000 600.000 APBD
3. Petani belum menggunakan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) tetapi dengan pestisida
.

Petani mengendalikan hama dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dengan musuh alami Pelatihan
DEM area Desa Palur,Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo 5kelompok tani 3 bulan 3X Petani PPL Januari,
April,
September
2011 Pengeras suara dan demplot 200.000 600.000 APBD
4. Petani tidak bisa menikmati hasil panen Petani dapat menikmati hasil panen Diskusi, Pelatihan Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo 5kelompok tani 1 tahun 3X Petani PPL Januari, Mei, September Leaflet, pengeras suara 200.000 600.000 APBD
5. Petani menjual hasil panen ke penebas Petani memasarkan ke pasar sendiri Ceramah
Desa Palur,Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo 5kelompok tani 3 bulan 3X Petani PPL Januari,
Mei,
November
2011 Pengeras suara 200.000 600.000 APBD
6. Petani belum mampu menentukan harga jual produk pertanian
Petani diharapkan menentukan harga jual produk pertanian
Studi banding Desa Palur,Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo 5kelompok tani 1bulan 1X Petani PPL September 2011 Pengeras suara 200.000 600.000 APBD
7. Adanya sarana produksi tidak berkesinambungan dengan modal yang dimiliki petani
Diharapkan adanya sarana produksi yang berkesinambungan dengan modal yang dimiliki petani
Diskusi Desa Palur,Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Gapoktan, kelompok tani 1 Tahun 1 X Petani PPL Januari-Desember 2011 Pengeras suara dan peraga 250.000 750.000 APBD
8.






Petani belum mampu mengelola pendapatan dari hasil usahataninya
Petani diharapkan dapat mengelola pendapatan dari usahataninya
Diskusi Desa Palur,Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Gapoktan 12 bulan 1X Petani PPL Januari-
Desember
2011 Pengeras suara dan peraga 500.000 1.500.000 APBD
9. Petani belum menganalisis biaya usahatani yang dikeluarkan
Petani diharapkan dapat menghitung biaya pengeluaran untuk usahatani
Ceramah diskusi
Kunjungan lapang Desa Palur,Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo 5kelompok tani 5 bulan 5X Petani PPL Mareti-
Juli
2011 Pengeras suara dan peraga 200.000 600.000 APBD


BAB VIII. MENGEVALUASI TUJUAN PENYULUHAN

Latar Belakang
Pembangunan pertanian telah dan akan terus memberikan sumbangan bagi pembangunan nasional, baik secara langsung dalam pembentukan PDB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan perolehan devisa, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Meskipun demikian masih banyak masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian karena dinamika lingkungan strategis domestik dan global, antara lain berkaitan dengan jumlah dan pertumbuhan penduduk, kemiskinan, kebutuhan energi, ketahanan pangan, degradasi lingkungan dan perubahan iklim. Penyuluhan pertanian yang tepat dalam pembangunan pertanian juga akan berpengaruh dalam produktivitas yang dihasilkan.
Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal bagi petani beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Sebagai pendidikan non formal, penyuluhan pertanian mempunyai potensi yang besar untuk memperluas jangkauan pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena terbatasnya pendidikan formal yang ada dan pada waktu yang sama dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas usahatani dalam meningkatkan standar hidup mereka.
Kegiatan-kegiatan dalam penyuluhan pertanian dapat berupa ceramah, demonstrasi plot, demonstrasi hasil, temu wicara, SLPTT, dan sebagainya Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menunjang keberhasilan penyuluhan. Pemilihan kegiatan ditentukan berdasarkan kebutuhan dari petani itu sendiri.
Pelaksanaan suatu program membutuhkan evaluasi untuk dapat menilai keberhasilan yang dicapai dari program tersebut. Fokus dari program yang akan dievaluasi mencakup program pemupukan, program pengaktifan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan, program pengaturan permodalan, program penyuluhan dan demplot, dan program penyuluhan tentang cara meningkatkan harga jual gabah.
Kegiatan evaluasi ini sangat penting dilakukan karena dapat menganalisis suatu keadaan, dapat membandingkan segala sesuatu yang diamati dengan pengalaman yang telah kita miliki, dan melakukan penilaian dari segala sesuatu yang diamati berdasarkan hasil perbandingan atau pengukuran yang telah dilakukan. Dengan mengevaluasi msuatu program, dapat diketahui keberhasilan suatu program. Bila program dikatakan belum berhasil, maka akan dianalisis faktor penyebabnya dan mencarikan solusi untuk penyelesaian masalah tersebut.
Uraian tentang Program
Tujuan Program
Tujuan dari progam yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Petani di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dapat menggunakan sistem pertanian organik dengan sistem rotasi tanaman tidak monokultur secara terus-menerus.
Petani di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dapat menggunakan pupuk organik untuk menambah kesuburan tanah dan supaya bisa meningkatkan produktivitas.
Petani dalam mengendalikan hama dan penyakit menggunakan pengendalian hama secara terpadu yaitu menggunakan musuh alami.
Petani di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo bisa memasarkan produk pertaniannya tanpa melalui tengkulak sehingga bisa menambah nilai guna produk pertanian.
Anggota kelompok tani di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dapat berpartisipasi secara aktif pada kegiatan penyuluhan.
Petani di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dapat menentukan harga jual, biaya produksi seminimal mungkin, dan mengakses ketersediaan saprodi dan modal dengan mudah.
Petani di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo mau menerima informasi dan mau mengaplikasikan dalam kehidupan kegiatan usahatani sehari-hari.
Petani di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dapat melakukan analisis usahatani secara tepat sehingga bisa mengetahui berapa besar pendapatan yang diterima dan berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk usahatani.
Petani di Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dapat menghasilkan jumlah produksi sesuai dengan yang diharapkan.
Pelaksanaan Program
Pelaksanaan program penyuluhan ini dilakukan dengan berbagai cara, berikut ini akan diuraikan rincian pelaksanaan masing-masing program penyuluhan
Melakukan pelatihan, demplot dan pertemuan kelompok
Temu wicara merupakan forum konsultasi antara kelompok tani dengan pihak pemerintah yang diselenggarakan secara periodik dan berkesinambungan untuk membicarakan, memusyawarahkan dan mencapai kesepakatan mengenai hal-hal yang menyangkut masalah-masalah pelaksanaan program pemerintah dan kegiatan petani dalam rangka pembangunan pertanian.
Kegiatan ini dilakukan dengan pertemuan dan diskusi antara petani dengan institusi mitra yang terkait seperti koperasi. Dalam pertemuan ini dibahas tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk pengadaan dan penambahan modal usahatani serta tata cara mengakses modal tersebut.
Program Pemupukan
Program ini dilaksanakan dengan cara penyuluh mensosialisasikan penggunaan pupuk organik sebagai salah satu cara penerapan sistem pertanian organik melalui kegiatan demplot. Kegiatan ini dilakukan kurang lebih 3 kali.

Program pengaturan permodalan
Program penyuluhan tentang sistem dan pengaturan permodalan dilakukan dengan penyuluhan dan kemitraan. Tenaga ahli dari lembaga terkait, seperti koperasi, didatangkan dalam kegiatan penyuluhan oleh penyuluh untuk dipertemukan dengan petani. Tenaga ahli dari lembaga tersebut menyampaikan programnya yang dapat membantu petani dalam permodalan dan mengajak petani untuk berpartisipasi.
Program penyuluhan tentang cara meningkatkan harga jual gabah
Penyuluhan yang dilakukan membahas tentang cara meningkatkan harga jual gabah, yaitu dengan menjual gabah 2-3 bulan pasca panen. Penyuluh mengajak petani untuk meninggalkan sistem tebas dalam menjual hasil panennya dengan mensosialisasikan manfaat dari meninggalkan sistem tebas tersebut.
Program Selokah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT)
SLPTT menempatkan penyuluh sebagai fasilitator, dimana pelaksanaannya dilakukan secara periodik (mingguan, tiga harian atau satu musim tanam). Petani peserta SLPTT akan menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk menerapkan teknologi di lapang (85%) dan hanya sebagian kecil (15%) waktu yang digunakan di kelas untuk membahas aspek yang terkait dengan usahatani, seperti koperasi, gapoktan, kelompok tani, dan pemasaran hasil panen.
Kegiatan/aktivitas yang dilakukan
Petani sasaran diberikan ceramah dan pelatihan mengenai cara penanaman sistem tanam jajar legowo dan penerapan rotasi tanaman
Petani sasaran diberikan ceramah mengenai manfaat dan keunggulan dari menggunakan pupuk organik sesuai dosis.
Petani sasaran diberikan ceramah dan pelatihan dem area mengenai Pengendalian Hama Terpadu
Petani sasaran diberikan ceramah dan pelatihan mengenai cara menjual hasil panen.
Petani diberikan ceramah tentang pentingnya membuat catatan pembukuan keuangan, serta petani dilatih untuk membuat pembukuan keuangan
Petani sasaran diajak berdiskusi mengenai cara menetapkan harga panen
Petani dilatih untuk bisa mengelola pendapatan usaha taninya.
Sasaran Program
Sasaran dari pelaksanaan program penyuluhan pertanian ini adalah petani-petani di lima kelompok tani yaitu : Kelompok tani tersebut terdiri dari Kelompok Tani Marsudi Raharjo, Kelompok Tani Marsudi Roso, Kelompok Tani Marsudi Utomo, Kelompok Tani Kromo Boga, Kelompok Tani Marsudi Bersatu.
Tujuan dan Manfaat Evaluasi Program
Tujuan Evaluasi
Mengukur program sesuai atau tidak dengan tujuan yg ditetapkan
Program yang ada sudah sesuai dengan tujuan, misalnya saja pada tujuan petani dapat melakukan pemupukan dengan pupuk organik. Pada tujuan tersebut petani diberikan ceramah dan pelatihan menggunakan pupuk organik sesuai dosis. Hasilnya petani dapat menerapkan di usaha taninya dan dapat memperbaiki kesuburan tanah yang telah jenuh dengan pupuk kimia.
Menilai apakah suatu program berhasil dilaksanakan
Suatu program dapat dikatakan berhasil dilaksanakan apabila sudah terjadi perubahan perilaku terhadap sasaran/petani meliputi perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan kemampuan. Selain itu juga melihat apakah kebutuhan atau pun masalah dari sasaran/petani sudah terpenuhi dan dapat terpecahkan sehingga petani merasa puas dengan adanya perubahan melalui partisipasi terhadap pelaksanaan penyuluhan. Dengan demikian tercipta kemandirian petani untuk dapat melakukan usahanya yang lebih baik dengan penoingkatan hasil panen yang melimpah. Berdasarkan program yang ada, semua program telah berhasil dilaksanakan. Namun dalam tujuan penerapan Pengendalian Hama Terpadu petani belum mampu lepas dari penggunaan pestisida kimia karena faktor kebiasaan.
Membandingkan tujuan yang ditetapkan dengan keadaan di lapang
Keadaan di lapang dengan tujuan yang ditetapkan tidak selalu sama sehingga dapat dilihat tingkat perbedaan sesungguhnya untuk dapat mengevaluasi apakah tujuan yang ditetapkan telah sesuai dengan keadaan yang nyata dilapang. Selain itu dalam penetapan tujuan kegiatan penyuluhan perlu didasarkan pada identifikasi masalah, penetapan keadaan serta identifikasi impact point dimana data-data tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara langsung dengan responden dari sumber yang benar-benar paham, bisa dipercaya dan benar-benar mengalami. Berdarkan program yang telah ditetapkan, keadaan di lapangan sudah sesuai dengan tujuan. Petani sasaran sudah melaksanakan apa yang ada pada tujuan maupun program.


Manfaat Evaluasi
Tabel 11. Sasaran didik, Perubahan Perilaku dan Materi dari Tujuan Penyuluhan
No. Tujuan Penyuluhan Sasaran Didik Perubahan Perilaku Materi Kondisi/Situasi
1. Petani dapat melaksanakan teknik pertanaman dengan rotasi tanaman Petani Petani dapat melaksanakan teknik pertanaman dengan rotasi tanaman Materi rotasi tanaman
Petani belum melaksanakan teknik pertanaman dengan rotasi tanaman
2. Petani dapat menggunakan pupuk organik sesuai dosis Petani Petani dapat menggunakan pupuk organik sesuai dosis Materi pemupukan organik sesuai dosis Petani dapat menggunakan pupuk organik namun belum sesuai dosis
3. Petani mengendalikan hama dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dengan musuh alami Petani Petani mengendalikan hama dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dengan musuh alami Materi mengenai Pengendalian Hama Terpadu Petani telah mampu melaksanakan pengendalian hama dengan musuh alami
4. Petani dapat menikmati hasil panen Petani Petani dapat menikmati hasil panen Materi pembuatan catatan keuangan Petani belum mampu menikmati hasil panen secara maksiman
5. Diharapkan adanya sarana produksi yang berkesinambungan dengan modal yang dimiliki petani Petani Petani mampu berkesinambungan dengan modal yang dimiliki petani
Materi mengenai pengelolaan modal dan sarana produksi yang berkesinambungan Petani mampu berkesinambungan dengan modal yang dimiliki petani
6. Petani diharapkan dapat mengelola pendapatan dari usahataninya Petani Petani mampu mengelola pendapatan dari usahataninya
Materi mengenai pengelolaan pendapatan usaha tani Petani sudah mampu melaksanakan pembuatan catatan keuangan usahataninya.
7. Petani diharapkan dapat menghitung biaya pengeluaran untuk usahatani Petani Petani dapat menghitung biaya pengeluaran untuk usahatani Materi mengenai pembukuan keuangan usahatani Petani mampu menghitung biaya pengeluaran untuk usahatani

8. Petani diharapkan menentukan harga jual produk pertanian Petani Petani mampu menentukan harga jual produk pertanian
Materi mengenai harga komoditas Petani mampu menentukan harga jual produk pertanian

9. Petani memasarkan ke pasar sendiri Petani Petani memasarkan ke pasar sendiri Materi mengenai pemasaran hasil panen Petani sudah ada yang memasarkan ke pasar sendiri
BAB IX. MENETAPKAN INDIKATOR UNTUK MENGUKUR KEMAJUAN YANG DICAPAI

Indikator adalah suatu pendekatan yang dilakukan ketika variabel tidak mempunyai ukuran pasti, secara teknis susah diukur serta untuk lebih memudahkan dalam mengukur kemajuan yang ingin dicapai. Berdasarkan program atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kemajuan yang ingin dicapai disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 12. Indikator-Indikator Untuk Mengukur Kemajuan yang Ingin Dicapai
No. Tujuan Perubahan Perilaku yang Diinginkan Indikator
1. Petani dapat melaksanakan teknik pertanaman dengan rotasi tanaman Petani mau melaksanakan pertanaman dengan rotasi tanaman 70% petani telah melakukan rotasi tanaman
2. Petani dapat menggunakan pupuk organik sesuai dosis Perubahan sikap dari penggunaan pupuk anorganik ke pupuk organik 40% petani telah menggunakan pupuk organik
3. Petani mengendalikan hama dengan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) dengan musuh alami Perubahan sikap dari menggunakan pestisida kimia ke penerapan PHT 30% petani mengetahui penggunaan pestisida secara benar dan bijaksana
4. Petani dapat menikmati hasil panen Perubahan dalam aspek pengetahuan, petani jadi tahu cara menanam yang baik dan meminimalisir kehilangan hasil produksi 40% petani telah memahami teknik panen yang baik
5. Diharapkan adanya sarana produksi yang berkesinambungan dengan modal yang dimiliki petani
Perubahan dalam aspek pengetahuan dan sikap dengan memanfaatkan sarana produksi yang ada 40% Petani telah memanfaatkan sarana produksi

6. Petani diharapkan dapat mengelola pendapatan dari usahataninya Perubahan pengetahuan dan ketrampilan dalam menghitung pendapatan usahatani 50% Petani mengetahui penghitugan pendapatan yang benar
7. Petani diharapkan dapat menghitung biaya pengeluaran untuk usahatani Perubahan ketrampilan menganalisis biaya usahatani 60% Petani mengetahui penghitugan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani
8. Petani diharapkan menentukan harga jual produk pertanian
Petani mengalami perubahan ketrampilan dalam menentukan harga jual 30% Petani mampu menentukan harga jual hasil panen
9. Petani memasarkan ke pasar sendiri Perubahan sikap petani dari menjual ke tengkulak menjadi menjual langsung ke pasar 40% Petani memasarkan ke pasar sendiri


BAB X. MEMBUAT STANDAR DAN KRITERIA

Penilaian kemajuan yang ingin dicapai dilakukan dengan penetapan indikator, kriteria dan standar. Penetapan indikator dan kriteria harus berdasarkan kemampuan, dapat diamati dan diukur, sedangkan standar dibuat agar dapat dilakukan penilaian yang dinotasikan dengan skala angka 1-3. Berikut ini criteria dan standar berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.
Tabel 13. Standar Berdasarkan Indikator yang Telah Ditetapkan
No. Indikator Kriteria Standar
1. 70% petani telah melakukan rotasi tanaman Tinggi, jika > 70% Petani telah melakukan pola tanam dan tata tanam yg benar
Sedang, jika 40%-69% Petani telah melakukan pola tanam dan tata tanam yg benar
Rendah, jika < 40% Petani telah melakukan pola tanam dan tata tanam yg benar 3

2

1
2. 40% petani telah menggunakan pupuk organik Tinggi, jika > 40% petani telah memahami tentang penggunaan pupuk organik
Sedang, jika 25%-39% petani telah memahami penggunaan pupuk organik
Rendah, jika < 25% petani telah memahami penggunaan pupuk organik 3

2

1
3. 30% petani mengetahui penggunaan pestisida secara benar dan bijaksana Tinggi, jika 30% petani mengetahui penggunaan pestisida secara benar dan bijaksana
Sedang, jika 20%-29% petani mengetahui penggunaan pestisida secara benar dan bijaksana
Rendah, jika < 20% petani mengetahui penggunaan pestisida secara benar dan bijaksana 3


2

1
4. 40% petani telah memahami teknik panen yang baik Tinggi, jika > 40% petani telah memahami bagaimana cara tanam sampai panen yang baik
Sedang, jika 25%-39% petani telah memahami bagaimana cara tanam sampai panen yang baik
Rendah, jika < 25% petani telah memahami bagaimana cara tanam sampai panen yang baik 3

2

1
5. 40% Petani telah memanfaatkan sarana produksi
Tinggi, jika > 40% Petani telah memanfaatkan sarana produksi yang ada untuk menunjang modal yang dimiliki oleh petani
Sedang, jika 25%-39% Petani telah memanfaatkan sarana produksi yang ada untuk menunjang modal yang dimiliki oleh petani
Rendah, jika < 25% Petani telah memanfaatkan sarana produksi yang ada untuk menunjang modal yang dimiliki oleh petani 3


2


1
6. 50% Petani mengetahui penghitungan pendapatan yang benar Tinggi, jika > 50% Petani telah melakukan perhitungan mengenai pendapatan yang diterima
Sedang, jika 30%-49% Petani telah memanfaatkan sarana produksi yang ada untuk menunjang modal yang dimiliki oleh petani
Rendah, jika < 30% Petani telah memanfaatkan sarana produksi yang ada untuk menunjang modal yang dimiliki oleh petani 3

2


1
7. 60% Petani mengetahui penghitungan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani Tinggi, jika > 60% Petani telah melakukan analisis perhitungan biaya usahatani yang dikeluarkan
Sedang, jika 30%-59% Petani telah melakukan analisis perhitungan biaya usahatani yang dikeluarkan
Rendah, jika < 30% Petani telah melakukan analisis perhitungan biaya usahatani yang dikeluarkan 3

2


1
8. 30% Petani mampu menentukan harga jual hasil panen Tinggi, jika > 30% Petani telah mampu menentukan harga jual produk pertanian sendiri
Sedang, jika 15%-29% Petani telah mampu menentukan harga jual produk pertanian sendiri
Rendah, jika < 15% Petani telah mampu menentukan harga jual produk pertanian sendiri 3

2

1
9. 40% Petani memasarkan ke pasar sendiri
Tinggi, jika > 40% Petani telah melakukan pemasaran dengan menjual langsung ke pasar
Sedang, jika 25%-39% Petani telah melakukan pemasaran dengan menjual langsung ke pasar
Rendah, jika < 25% Petani telah melakukan pemasaran dengan menjual langsung ke pasar 3

2

1

1 komentar:

  1. Apakah Anda perlu pinjaman tanpa jaminan untuk mendirikan sebuah bisnis atau pinjaman untuk renovasi dan banyak lagi, pencarian tidak lebih, kami adalah perusahaan yang sah dan pada tingkat bunga rendah dari 2% dan bersedia untuk meminjamkan jumlah yang Anda ingin meminjam dan membuat tahun ini yang berhasil untuk Anda. Mohon mengisi data pinjaman ini di bawah ini dan menghubungi kami melalui email perusahaan kami: gloryloanfirm@gmail.com.
    Nama lengkap: _______________
    Negara: __________________
    Sex: ______________________
    Umur: ______________________
    Jumlah Pinjaman Dibutuhkan: _______
    Durasi Pinjaman: ____________
    Tujuan pinjaman: _____________
    Nomor ponsel: ________

    Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami sekarang melalui email: gloryloanfirm@gmail.com

    BalasHapus